Conferences of Medical Sciences Dies Natalis Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri
<p>Conferences of Medical Sciences Dies Natalis Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya is national conferences of medical sciences includes basic medical sciences (anatomy, physiology, histology, microbiology, biochemistry, pharmacology, and biology of medicine) and clinical medical sciences (internal medicine, obstetric gynecology, surgery, pediatric, ophthalmology, ear nose throat, dermatovenerology, anesthesiology, neurology, radiology, pathology anatomy and pathology clinic), and also public health medicine. Conferences of Medical Sciences Dies Natalis Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya has eISSN <a href="http://issn.pdii.lipi.go.id/issn.cgi?daftar&1603963758&1&&2020" target="_blank" rel="noopener">2746-7805</a>.</p>Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijayaen-USConferences of Medical Sciences Dies Natalis Faculty of Medicine Universitas Sriwijaya2746-7805BERBAGAI TEMUAN KASUS SPESIFIK PENYAKIT PARASIT DI BAGIAN PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/111
<p>Penyakit parasitologi sebagian besar merupakan penyakit yang diabaikan atau “neglected disease” sehingga sering menjadi diagnosis sekunder atau diagnosis penyerta dari penyakit utama. Beberapa penyakit akibat vektor dengan kasus yang sangat jarang atau penyakit akibat kecacingan dengan pemeriksaan laboratorium umum belum dapat mendiagnosis penyakit parasit tersebut. Sehingga terkadang terjadi salah diagnosis dan kebuntuan diagnosis dengan pemeriksaan metode standar yang ada. Sebanyak enam kasus menarik akibat vektor/serangga dan akibat parasit cacing yang dirangkum sepanjang sepuluh tahun terakhir yang ditemukan dibagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya akan dipaparkan terutama mengenai morfologi parasit penyebab dan teknis pemeriksaan penunjang penyakit parasit tersebut. Berbagai jenis parasit yang ditemukan dengan berbagai metode untuk mengidentifikasi morfologi parasit tersebut antara lain: ektoparasit <em>Demodex folliculorum</em>, vektor penyakit Demam Berdarah dengue (DBD) <em>Aedes aegyptie</em>, <em>Ascaris lumbricoides</em> penyebab kecacingan <em>, Psychoda albopennis</em> parasit penyebab myasis urogenital, <em>Chrysomyia bezziana</em> parasit penyebab myasis aksidental dan <em>Bertiella studeri</em> parasit cacing pita zoonosis. Pemeriksaan penunjang standar yang telah dilakukan di fasilitas kesehatan pratama, belum mampu membuat diagnosis parasitologi yang tepat terhadap penyakit khusus yang ada di masyarakat. Perlunya sosialisasi dan penempatan parasitologis klinis dalam peningkatan pemeriksaan dan ketepatan diagnosis pada penyakit parasit yang ada di maysrakat. </p>Dalilah DalilahChairil AnwarDwi HandayaniGita Dwi PrasastySusilawati SusilawatiTri Hari Irfani
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-204111110.32539/confmednatalisunsri.v4i1.111PERAN HERBAL DALAM FARMAKOLOGI TERAPI
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/110
<p>Herbal adalah tumbuhan yang mengandung berbagai zat kimia aktif sebagai metabolit sekunder, dapat berinteraksi dengan sistem biologi dari mahluk hidup hingga menimbulkan efek yang dapat diamati, terukur dan prediktif sehingga herbal perlu diteliti guna menaksir respon biologiknya. Berbagai zat kimia yang diekstrak dari tumbuhan/herbal dapat dikenali, diklasifikasi sesuai kandungan biokimiawi sehingga efeknya dapat dibandingkan dengan zat kimia standar. Ekstrak yang diperoleh disiapkan serta diolah lebih lanjut dengan teknologi farmasi untuk menjadi obat baru guna dievaluasi efek farmakoterapinya baik berperan untuk pengobatan, kondisi patologis atau justru meningkatkan peran/fungsiya saja. Interaksi zat kimia dari herbal tersebut akan menimbulkan respon biologi (efek terapetik) sesuai dengan hukum dan aturan farmakologi. Respon farmakologik ini dievaluasi dengan obat standar baik pada binatang ataupun manusia. Temuan dalam kajian farmakokinetik dan farmakodinamik tersebut tidak akan menimbulkan respon baru pada sel dan jaringan yang diuji, kecuali berperan untuk menentukan perjalanan patologi suatu penyakit.</p>Muhammad Totong Kamaluddin
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041121910.32539/confmednatalisunsri.v4i1.110THE ROLE OF FUNCTIONAL MEDICINE ON WHOLISTIC CARE APPROACH OF COVID- 19 DURING PANDEMIC AND POST PANDEMIC ERA
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/109
<p>Tenaga Kesehatan dan Masyarakat harus mendapat informasi yang benar tentang Virus SARS-COV2, penyakit yang menyebabkan Covid-19, dan bagaimana penyebarannya. Termasuk epidemiologi, virologi, dan pencegahan yang dilaksanakan dalam Program Kesehatan Masyarakat melalui 5M, Mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak, membatasi Kerumunan, membatasi Mobilisasi dan Interaksi, serta 4T (Testing, Treatment, Tracing, dan Tracking), Fencing (Isolasi dan Karantina), Vaksinasi (Biologi, Sosial), dan Imunologi. Konsep fungsional medicine adalah sistem penanganan pasien untuk tenaga kesehatan yang digunakan untuk membantu pasien dan praktisi kesehatan bekerja sama untuk mengatasi penyebab mendasar dari covid 19. FM menggabungkan ilmu genetika terbaru, system biologi, fisiologi, dan pemahaman bagaimana lingkungan dan faktor gaya hidup mempengaruhi munculnya dan perkembangan Covid-19. Patofisiologi covid-19 membangun akar penyebab covid-19 yaitu badai sitokin, inflamasi, dan koagulopati. Pendekatan berbasis sistem FM dan peran pendekatan holistik FM perawatan covid-19 dengan manajemen klinis yang direkomendasikan berdasarkan mekanisme aksi dengan nutrisi, nutraceutical, natureceutical, modifikasi gaya hidup pada peradangan kronis covid-19, seiring dengan peningkatan imunologi dengan vaksinasi</p>Hardi Darmawan
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041202410.32539/confmednatalisunsri.v4i1.109PENGENDALIAN MIOPIA PADA ANAK
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/103
<p>Miopia adalah kelainan refraksi yang paling sering ditemukan dan merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan. Prevalensi miopia pada anak-anak meningkat di seluruh dunia dan paling tinggi ditemukan pada anak-anak keturunan Asia Timur. Di Cina, sebanyak 90% remaja dan dewasa muda mengalami miopia, sedangkan di Seoul, terdapat 96,5% remaja dan dewasa muda mengalami miopia. Miopia derajat tinggi telah dikaitkan dengan berbagai komplikasi, seperti ablatio retina, degenerasi makula, neovaskularisasi koroid, katarak, dan glaukoma. Risiko tersebut meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan progresivitas miopia dan pemanjangan aksial bola mata. Prevalensi yang semakin meningkat, morbiditas yang mungkin terjadi, serta beban biaya yang ditimbulkan, menyebabkan miopia telah menjadi masalah kesehatan masyarakat, sehingga perlu dilakukan penatalaksaan yang cepat dan tepat terhadap kejadian miopia ini. Ada berbagai macam metode untuk mencegah progresivitas miopia yaitu dengan ortokeratologi (Ortho-K), instrumentasi <em>(spectacle</em>, <em>contact lens</em>), modifikasi lingkungan seperti meningkatkan aktivitas luar rumah dan paparan sinar matahari, atropin dosis rendah, dan terapi <em>red-light </em>tingkat rendah dikaitkan dengan upaya pencegahan progresivitas miopia ini. Atropin dosis rendah merupakan intervensi paling efektif untuk memperlambat perkembangan miopia, namun masih diperlukan studi lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar dan <em>follow-up </em>jangka panjang terkait progresivitas miopia.</p>Ani Ismail
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041252910.32539/confmednatalisunsri.v4i1.103RESILIENCE: PSYCHOLOGICAL STRENGTH TO MAINTAIN MENTAL HEALTH IN VUCA ERA
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/108
<p>The impact of the COVID-19 pandemic which has entered the VUCA era makes the threat of change occur all over the world. This outbreak has primarily had a negative impact on the physical and psychological health of individuals and society. Humans experience various challenges along with the development of a world that is volatile, full of uncertainty, complexity, and ambiguity (VUCA). This global crisis creates a new world order, where the COVID-19 pandemic makes acceleration in the life process of the era of industrial change 4.0. and society 5.0 so that every individual must accept every demand for these changes. Psychologically, individuals need to rebuild personal growth skills related to their psychological s<em>trength</em>, or what is known as resilience. Resilience is a process that allows recovery from or adaptation to adversities. Resilience is a dynamic process of adaptation to challenging life conditions encompassing several aspects of personal resources and is considered to be protective for mental health. People with a high level of psychological resilience can easily adapt in any environment and conditions.</p>Sayang Ajeng Mardhiyah
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041303410.32539/confmednatalisunsri.v4i1.108PEMERIKSAAN LABORATORIUM TERKAIT KELAINAN HEMOSTASIS PADA POST-ACUTE CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19)
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/107
<p><em>Post-acute </em>COVID-19 merupakan suatu kondisi yang merujuk pada gejala menetap pasca <em>onset </em>infeksi oleh SARS-CoV-2. Kondisi tersebut dapat menimbulkan berbagai kerusakan sistem organ, termasuk kelainan hematologi yang ditandai gangguan hemostasis. Proses tersebut diperantarai oleh kondisi hiperinflamasi yang dapat menyebabkan trombosis, tromboemboli, dan <em>Disseminated Intravascular Coagulation</em> (DIC). Kelainan koagulopati pada kasus COVID-19 bersifat protrombotik dan menyebabkan gangguan baik pada jantung, vaskular, maupun alat bantu kedokteran (seperti kateter vena sentral dan <em>extracorporeal membrane oxygenation</em>/ECMO). Laboratorium klinis memiliki peranan penting untuk deteksi kelainan terkait koagulopati tersebut. Penanda utama koagulopati adalah D-Dimer. Peningkatan kadar D-dimer dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian. Selain itu, peningkatan sejumlah penanda lain seperti fibrinogen dan aPTT juga dapat dijumpai.</p>Phey Liana
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041354210.32539/confmednatalisunsri.v4i1.107SINDROMA NEUROLOGIS LONG-COVID; APA DAN BAGAIMANA MENANGANINYA
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/100
<p>‘Long-COVID’ merupakan gangguan kesehatan yang sering dialami pasien setelah sembuh dari COVID-19. ‘Long-COVID’ dapat terjadi pada kasus COVID-19 gejala ringan, sedang maupun berat, dan juga pada kasus asimptomatik. Sindrom ‘long-COVID’ dapat terjadi lebih dari 4 minggu. Berbagai sistem dapat terlibat pada ‘long-COVID’, termasuk sistem saraf dengan gejala yang timbul meliputi sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi. Terdapat beberapa mekanisme yang mendasari patofisiologi terjadinya’long-COVID’, mekanisme tadi diawali oleh proses inflamasi yang terjadi pada awal infeksi. Belum ada panduan tatalaksana sindroma neurologis long-COVID sehingga tatalaksana sindroma neurologis long-COVID tergantung dari gejala yang ada.</p>Andika Okparasta
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041434710.32539/confmednatalisunsri.v4i1.100HYPERBARIC OXYGEN THERAPY (HBOT) PADA PASIEN COVID-19 DAN POST-COVID-19
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/102
<p>Pandemi <em>coronavirus disease</em> 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh <em>novel severe acute respiratory syndrome coronavirus</em> 2 (SARS-CoV-2), telah menyebabkan peningkatan rawat inap untuk pneumonia yang disertai dengan kegagalan fungsi organ. Sampai Januari 2022, lebih dari 300 juta orang di seluruh dunia yang telah terinfeksi dengan SARS-CoV-2, mulai dari gejala ringan pada saluran pernapasan atas hingga yang membutuhkan perawatan intensif. Pilihan tatalaksana COVID-19 selain medikamentosa juga mempertimbangkan tatalaksana Hyperbaric<em> Oxygen Therapy </em>(HBOT). Sebelum digunakan pada terapi COVID-19, HBOT telah digunakan dalam berbagai macam indikasi seperti penyembuhan luka, efek terapi radiasi, fasitis nekrotikans, keracunan karbonmonoksida, dan <em>diving decompression illness. </em>Pada penderita COVID-19 dan post-COVID-19 yang ditatalaksana dengan HBOT beberapa penelitian menunjukkan berbagai macam perbaikan dalam resolusi gejala yang ada.</p>Rizal Zainal
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041485310.32539/confmednatalisunsri.v4i1.102NEUROPATI PERIFER SEBAGAI KOMPLIKASI NEUROLOGI PASCA INFEKSI COVID-19
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/101
<p><em>Severe acute respiratory syndrome</em> (SARS-CoV-2) disebabkan virus COVID-19 telah menjadi pandemic yang mengancam jiwa dan mempengaruhi organ sistem saraf pusat dan perifer. Neuropati perifer adalah proses patologi mengenai susunan saraf perifer, meliputi kelemahan motorik, gangguan sensorik, otonom, dan melemahnya refleks tenon yang dapat bersifat akut atau kronik, berupa proses demielinisasi atau degenerasi aksonal atau keduanya. Sebanyak 400 Pasien COVID-19 dengan atau tanpa gejala neuromuscular dilakukan pemeriksaan elektrofisiologi prevalensi mencapai 56,3% dari semua pasien COVID 19. Gejala umum yang dilaporkan pada pasien dengan <em>post–acute COVID-19 syndrome (PACS)</em> adalah tanda - tanda keterlibatan sistem saraf perifer baik gejala sensorik (parestesia dan nyeri neuropatik) maupun gejala disautonomik serta sistem otot, seperti mialgia dan kelemahan. Mengingat manifestasi klinis neuropati perifer sangat bervariasi yang disebabkan oleh COVID 19 diperlukan evaluasi sistematis dan menyeluruh meliputi klinis, laboratorium penunjang dan tes elektrodiagnostik, agar dapat direncanakan terapi dengan baik.</p>Theresia Christin
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041545710.32539/confmednatalisunsri.v4i1.101THE POST-PANDEMIC IMMUNITY DEBT IN CHILDREN: WHAT WE NEED TO KNOW
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/99
<p>Implementasi protokol kesehatan yang ketat dalam bentuk intervensi non-farmakologis pada masa pandemi COVID-19 diakui telah memberikan dampak positif langsung dalam usaha pengendalian transmisi virus SARS-CoV2. Selain menekan penularan COVID-19, pelaksanaan protokol kesehatan ternyata juga menurunkan insiden banyak penyakit infeksi lain. Namun, kombinasi dari adanya pembatasan sosial berskala besar di masyarakat yang panjang dan penerapan protokol kesehatan lain telah menurunkan kuantitas paparan fisiologis anak dengan berbagai berbagai mikroba di lingkungan secara bermakna. Padahal paparan inilah yang ikut menstimulasi dan membentuk sistem imunitas anak. Pandemi juga telah menimbulkan disrupsi besar pada angka cakupan imunisasi dasar. Sehingga menurunnya stimulasi imunitas akibat rendahnya sirkulasi mikroba yang diiringi dengan penurunan cakupan imunisasi telah menyebabkan timbulnya suatu fenomena yang dikenal dengan <em>immunity debt</em>. Banyak anak yang tidak mampu membangun imunitas terhadap berbagai mikroba yang pada saat sebelum pandemi sering terpapar secara alami. Saat ini dengan semakin terkendalinya COVID-19, berbagai restriksi telah dilonggarkan. Tetapi hal ini diikuti dengan timbulnya laporan peningkatan kasus berbagai penyakit infeksi selain COVID-19 sehingga timbul kekhawatiran akan terjadinya pandemi-pandemi baru akibat semakin besarnya proporsi anak yang rentan terhadap infeksi. Untuk mencegah hal tersebut, upaya vaksinasi kejar perlu diperkuat dan dipercepat. Monitoring dan surveilans kejadian penyakit infeksi lain di masyarakat harus dilakukan dengan baik. Selain itu, kebijakan pelaksanaan protokol kesehatan perlu diimbangi dengan penggunaan strategi lain yang masih memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk tetap terpapar dengan berbagai mikroba secara wajar sehingga dapat membangun sistem imunitas yang kuat.</p>Ariesti Karmila
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041586410.32539/confmednatalisunsri.v4i1.99DETEKSI DINI GLAUKOMA DAN TATALAKSANA GLAUKOMA PRIMER STADIUM LANJUT
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/97
<p>Glaukoma stadium lanjut yang ditandai dengan adanya glaukomatous optik dan defek saraf optik yang berat memiliki resiko untuk terjadinya kebutaan permanen. Kebutaan permanen yang diawali dari defek lapang pandang berpengaruh terhadap kualitas hidup dan psikososial individu. Deteksi dini sebelum terjadinya glaukoma tahap lanjut dimulai dari skrining, anamnesis, pemeriksaan oftalmologis dan pemeriksaan penunjang diperlukan sehingga dapat menentukan tatalaksana awal yang tepat bagi pasien. Prinsip tatalaksana glaukoma stadium lanjut yaitu menurunkan tekanan intraokular (TIO) secara agresif, mengurangi fluktuasi variasi diurnal profil TIO yang berperan dalam melindungi kerusakan saraf optik dan mempertahankan lapang pandang. Penanganan secara holistik melalui aspek biopsikosospiritual (BPSS) juga dibutuhkan karena selain melibatkan aspek okular namun juga aspek biologis sistemik. Penanganan glaukoma stadium lanjut sangat bergantung pada pendekatan holistik dan personal yang akan melibatkan banyak komponen kesehatan.</p>Prima Maya Sari
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041656810.32539/confmednatalisunsri.v4i1.97GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU PADA PASIEN COVID-19
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/96
<p>COVID-19 adalah penyakit sistemik akibat virus SARS-CoV-2. Penyebab utama kematian pasien COVID-19 adalah jejas paru akibat ARDS. <em>Diffuse alveolar damage </em>(DAD) adalah pola histopatologi utama yang ditemukan pada autopsi organ paru COVID-19. DAD terbagi menjadi 3 fase bergantung pada waktu kapan biopsi dikerjakan selama perjalanan penyakit. Fase akut/eksudatif terjadi selama minggu pertama sejak dimulainya jejas paru yang diikuti fase subakut/organizing dan beberapa kasus DAD masuk ke fase kronis/fibrotik. Gambaran histologi lain yaitu berupa jejas vaskuler paru berupa trombus dan mikrotrombus, inflamasi vaskuler, serta reaksi endotel.</p>Suly Auline Rusminan
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041697510.32539/confmednatalisunsri.v4i1.96ACTING EARLY TO PROTECT RENAL: BEYOND GLYCEMIC CONTROL OF SGLT2 INHIBITORS
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/95
<p>Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) is the leading cause of chronic kidney disease (CKD), accounting for almost half of all cases of kidney failure that necessitate replacement therapy. Cardiovascular disease (CVD) is the leading cause of death in patients with T2DM and CKD. To lower blood glucose levels by inhibiting glucose reabsorption in the proximal tubule, sodium/glucose cotransporter 2 inhibitors (SGLT2-i) were developed. Consistent reductions in risks for secondary kidney disease end points (albuminuria and a composite of serum creatinine doubling or 40% estimated glomerular filtration rate decline, kidney failure, or death) were recognized in clinical trials designed to demonstrate the CVD safety of SGLT2i in type 2 diabetes mellitus (T2DM), as well as reductions in CVD events. The DECLARE-TIMI58 (Dapagliflozin Effect on Cardiovascular Events-Thrombolysis in Myocardial Infarction 58, or DECLARE) trial in patients with T2DM, urinary albumin-creatinine ratio >300 mg/g, and estimated glomerular filtration rate of 30 to 90 mL/min/1.73 m<sup>2</sup> established the kidney and CVD benefits of dapagliflozin in patients with CKD. SGLT2i boost glomerular hemodynamic function and are figured to augment other local and systemic processes that contribute to the development of CKD and CVD. According to latest Indonesian Society of Endocrinologist’s guideline, patients with T2DM was recommended to use SGLT2i to reduce their risk of CKD and CVD, in accordance with the clinical trial entry criteria. To achieve widespread use of these life-saving medications, effective implementation strategies are required.</p>Yulianto Kusnadi
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041768010.32539/confmednatalisunsri.v4i1.95ANNOYING ACNE: WHAT SHOULD WE DO?
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/94
<p>Akne vulgaris (AV) adalah peradangan kronis pada unit pilosebasea, yang melibatkan 4 elemen kunci dalam patogenesis, termasuk hiperproliferasi folikel epidermis, produksi sebum, aktivitas <em>Cutibacterium acnes</em>, serta respon imun inflamasi. Akne vulgaris terjadi pada 85% populasi dunia dan menimbulkan berbagai dampak negatif pada pasien. Penatalaksanaan AV tetap menjadi tantangan bagi sebagian besar klinisi, karena terdapat beberapa faktor internal dan eksternal yang menyebabkan AV rekalsitran namun cenderung diabaikan. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk memaparkan berbagai faktor yang menyebabkan AV rekalsitran sehingga klinisi dapat mengidentifikasi tantangan ini dan menanganinya dengan tepat. Beberapa strategi untuk menangani AV rekalsitran juga diuraikan.</p>Yuli KurniawatiTiar Marina Octyvani
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-2041818810.32539/confmednatalisunsri.v4i1.94PENATALAKSANAAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK DI FASILITAS KESEHATAN PERTAMA
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/93
<p>Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan kronis pada telinga tengah yang berlangsung lebih dari 2-6 minggu yang ditandai dengan adanya perforasi membran timpani dan keluar cairan dari telinga/otorea secara terus menerus atau hilang timbul. OMSK sering menyebabkan morbiditas dan mortalitas sehingga masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia dan merupakan penyakit telinga yang sampai saat ini masih sering dijumpai terutama di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Tatalaksana OMSK meliputi terapi medikamentosa disertai tindakan pembedahan. Tatalaksana medikamentosa adekuat di fasilitas Kesehatan pertama meliputi pemberian <em>aural toilet </em>dan antibiotika baik topikal maupun sistemik dapat mengurangi tingkat keparahan. Tindakan pembedahan pada OMSK bertujuan untuk eradikasi penyakit, menghasilkan telinga yang kering permanen, dan memperbaiki fungsi pendengaran. Komplikasi yang terjadi akibat OMSK meliputi komplikasi intrakranial dan intratemporal.</p>Fiona WidyasariAhmad HifniAbla Ghanie
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-20418910410.32539/confmednatalisunsri.v4i1.93INJEKSI KORTIKOSTEROID INTRATIMPANI PADA TULI MENDADAK
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/92
<p>Tuli mendadak merupakan tuli sensorineural yang termasuk dalam kedaruratan neurotologi. Tuli mendadak adalah penurunan pendengaran sensorineural 30 dB atau lebih, paling sedikit tiga frekuensi berturut-turut dan berlangsung dalam waktu kurang dari 72 jam. Diagnosis tuli mendadak ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan fungsi pendengaran dan pemeriksaan penunjang untuk mencari etiologi yang mendasari terjadinya tuli mendadak. Penatalaksaan kasus tuli mendadak sebaiknya diterapi berdasarkan etiologi yang mendasarinya. Namun hampir sebagian kasus tuli mendadak bersifat idiopatik. Salah satu terapi tuli mendadak adalah dengan pemberian kortikosteroid. Kortikosteroid dapat diberikan secara sistemik maupun injeksi intratimpani. Pemberian kortikosteroid melalui intratimpani dapat sebagai terapi awal, kombinasi dengan terapi lain atau sebagai terapi penyelamatan <em>(salvage therapy)</em>. Injeksi kortikosteroid intratimpani dapat menjadi alternatif pada penanganan tuli mendadak, khususnya jika terapi sistemik gagal. Injeksi intratimpani juga memiliki keuntungan yaitu konsentrasi obat yang tinggi bila diberikan langsung ke telinga yang terkena atau untuk menghindari efek samping steroid sistemik dan dapat diberikan pada pasien dimana kortikosteroid sistemik kontraindikasi untuk diberikan.</p>Listya ParamitaFiona WidyasariAhmad HifniAbla Ghanie
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-204110511410.32539/confmednatalisunsri.v4i1.92CUTANEOUS MANIFESTATIONS AND TREATMENT APPROACH OF VIRAL INFECTION DURING THE PANDEMIC
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/90
<p><em>Coronavirus disease-19</em> (COVID-19) merupakan infeksi pandemic disebabkan <em>severe acute respiratory syndrome coronavirus 2</em> (SARS-CoV-2) yang tidak hanya bermanifestasi pada pulmonal namun juga ekstrapulmonal. <em>COVID-19-associated cutaneous manifestations</em> diklasifikasikan menjadi lima kelompok besar, dapat menjadi salah satu petunjuk diagnosis dan keparahan infeksi virus. Pendekatan terapi diberikan berdasarkan temuan klinis dan keparahan penyakit. Di era pandemik ini juga pada September 2022,<em> Center for Disease Control and Prevention (CDC) </em>menyatakan terjadi <em>outbreak </em>monkeypox di seluruh dunia. Kasus pertama terkonfirmasi laboratorik <em>monkeypox</em> di Indonesia dilaporkan pada Agustus 2022. Mengenali manifestasi kulit infeksi <em>monkeypox virus</em> dapat membantu deteksi dini penyakit, terapi dan pencegahan untuk pencegahan penyebaran lebih lanjut.</p>Inda Astri Aryani
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-204111512410.32539/confmednatalisunsri.v4i1.90THE POTENTIAL FOR AN INCREASE IN CHRONIC PAIN AFTER THE COVID-19 PANDEMIC
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/98
<p>Meskipun penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) paling sering bermanifestasi gejala pernapasan akut, satu gejala COVID-19 yang sangat umum adalah rasa nyeri. Karena COVID-19 sering menyebabkan komplikasi neurologis perifer atau pusat, diperkirakan sejumlah komplikasi nyeri kronis COVID-19 akan menjadi neuropatik. Tinjauan ini pertama-tama meneliti infeksi virus paling umum dengan komplikasi neurologis termasuk nyeri neuropatik. Komplikasi neurologis COVID-19 termasuk sindrom Guillain-Barre, mielitis, dan stroke ditinjau sehubungan dengan potensi risiko nyeri neuropatik kronis.</p>Aidyl Fitrisyah
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-204112513010.32539/confmednatalisunsri.v4i1.98NEW GDMT OF HEART FAILURE WITH REDUCED EJECTION FRACTION (HFrEF): THE ROLE OF DAPAGLIFLOZIN
http://conference.fk.unsri.ac.id/index.php/confmednatalisunsri/article/view/91
<p>Gagal jantung masih menjadi salah satu penyakit dengan angka mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Keterlibatan komorbiditas dan variasi etiologi dari penyakit ini merupakan salah satu tantangan bagi klinisi untuk melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan pada gagal jantung. Klasifikasi gagal jantung itu sendiri terbagi menjadi tiga yaitu, <em>Heart Failure with Preserved Ejection Fraction</em> (HFpEF), <em>Heart Failure with Mildly Reduced Ejection Fraction</em> (HFmrEF) dan <em>Heart Failure with Reduced Ejection Fraction</em> (HFrEF) yang terbagi berdasarkan fungsi ejeksi fraksi. Penatalaksanaan gagal jantung selama ini mengarah kepada penghambatan jalur sistem renin angiotensin-aldosteron, neprilysin dan jalur simpatis melalui agen <em>angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, angiotensin II receptor blockers (ARB), angiotensin receptor-neprilysin inhibitor (ARNI), beta blocker (BB) </em>dan<em> mineralcorticoid receptor antagonist (MRA)</em>. Ketiga pendekatan terapi pada kasus gagal jantung ini merupakan pilar dalam tatalaksana kasus gagal jantung dengan/atau tanpa komorbid lainnya. Akan tetapi, angka mortalitas pada penderita gagal jantung tetap meningkat secara global, sehingga terapi lain masih dikembangkan dalam beberapa studi. Studi terbaru menunjukkan pemberian salah satu terapi diabetes mellitus yaitu agen Sodium-dependent Glucose Transporter-2 Inhibitor (SGLT2 Inhibitor) salah satunya dapagliflozin memiliki efek positif terhadap perbaikan klinis serta pencegahan komplikasi terhadap penderita gagal jantung dengan/atau tanpa diabetes mellitus. Pada tinjauan pustaka ini akan disajikan pengunaan Dapagliflozin sebagai salah satu rekomendasi terapi terbaru pada kasus gagal jantung khususnya pada HFrEF.</p>Erwin SukandiAmelia FariantyElzan Zulqad Maulana
Copyright (c) 2022 Conferences of Medical Sciences Dies Natalis
2022-12-202022-12-204113113710.32539/confmednatalisunsri.v4i1.91